Subscribe Us

Ainul Marwan Aji: Memasak, Melatih Mixed Martial Art (MMA) hingga Mengarang Lagu

OLEHKHASMALANG - Ainul Marwan Aji tinggal di Jalan Gajayana 18 Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang. Sehari-harinya ia adalah seorang koki dan penjual nasi.

Tetapi, lelaki berpenampilan kalem ini bukan penjual nasi biasa. Ia seorang petarung, pendiri sekaligus pelatih Mixed Martial Art (MMA) Tiger Shark Fighting Academy. Ia pernah tampil di Fighting Championship yang tayang di stasiun televisi TPI dan Duel di RCTI medio 2002-2005.
ainul marwan aji
Ainul Marwan Aji sedang melayani pembeli di warungnya, Panggung Ocean Cafe, Jalan Gajayana Kota Malang (Foto: olehkhasmalangcom)

Warung milik Aji- sapaan Ainul Marwan Aji- ada di tepi jalan Gajayana Kota Malang. Namanya Panggung Ocean Cafe. Warungnya buka pukul 18.00 sampai pukul 24.00. Warungnya bercat hijau dan dalamnya merah muda. Ada gambar hiu bertuliskan Tiger Shark di bagian depannya.

Selain masyarakat sekitar, banyak para mahasiswa, tukang ojek dan driver online yang mampir untuk mencicipi masakannya.

Meski seorang yang aktif di dunia keras, untuk kebutuhan warungnya, Aji tiap hari pergi belanja ke pasar. Ia membeli tahu, tempe, ayam, usus, daging. Ia berbelaja sendiri agar mengetahui harga-harga barang di pasaran. Juga terkait pola manajemen warungnya yang ia kelola secara mandiri.

”Kalau belanja saya sendiri. Setiap hari. Begitu juga kalau masak dan meracik bumbu," kata Aji di sela-sela kesibukannya melayani pembeli, Kamis (25/10/2018).

Aji menceritakan, sebelum menekuni dunia beladiri dan fighting, ia adalah pelaut. Ia menjadi anak buah kapal (ABK) selama lima tahun, pada 1990.

Aji berlayar di perairan Indonesia hingga samudera Atlantik. Di sela-sela tidak melaut, pecinta kucing ini mencoba mengais rezeki di Jakarta.

Tentu tinggal di ibu kota penuh tantangan dan harus bekerja keras. Untungnya ia kenal dan banyak belajar dengan artis kala itu. Ada Dede Yusuf, Iko Uwais dan para produser- produser perfilman.

Seiring waktu, pada 2002, ia turut membidani berdirinya Mixed Martial Art (MMA) Tiger Shark Fighting Academy (TSFA) yang berawal dari Yusikaindo.
Perguruan seni beladiri ini masuk di kompleks Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Pasar Minggu Jakarta Selatan.
ainul marwan aji
Ainul Marwan Aji
Tentu ia tidak sendiri, ada teman yang juga sesama perantauan yang turut andil lahirnya perguruan ini. Yakni Zuli Silawanto.

Aji menjadi salah satu mentor dan pelatih di TSFA itu. Terkadang Zuli pun diajari trik mengalahkan lawan dan mengatur pernafasan saat di atas ring.

Sosok master Zuli Silawanto ini sekarang sering nongol di televisi nasional juga internasional. Beberapa fighter dari Tiger Shark juga sudah mengibarkan bendera Merah Putih di luar negeri. Baik fighter lelaki maupun perempuan.

Di tangan dingin Aji pula, Zuli juga banyak belajar soal cara memukul dengan bagus. Begitu juga teknik menendang dan menjatuhkan lawan saat berlaga.

”Saya pertama kali yang menjadi sparing partner Zuli. Sekarang Zuli Silawanto jadi The Legend Fighting MMA Indonesia. Saat Asian Games 2018, Tiger Shark juga dikontrak untuk pengamanan selama acara berlangsung," beber pelatih MMA tingkat Asia Pasifik ini kepada olehkhasmalang.com. 

Pemilik tinggi badan 170 centimeter ini ahli berbagai aliran dan teknik beladiri. Antara lain jujitshu, muangthai. Ia juga menguasai beragam jenis senjata tajam. Di antaranya nuncaku, toya, dan pedang. Kemudian tombak, rantai.

Kelihaian itu dituangkan dalam seni beladiri MMA, yang merupakan seni beladiri campuran. Ia bisa menilai mana jurus yang tepat dan berguna saat bertanding dengan lawan tertentu. Tidak jarang ia kombinasikan beragam jurus hingga melahirkan teknik baru dan ilmu baru.

Aji menjelaskan, dalam teknik penyerangan, yang harus dilakukan secara terpadu adalah kecepatan dan power. Agar lawan tidak sempat melawan balik. Dan pada teknik pertahanan itu, ia fokus pada kelincahan dan bagaimana mengelabui lawan.

Pada dasarnya kata Aji, ada teknik tingkatan tertinggi dari seni beladiri. Yaitu, hendaknya tiap atlet mau menghargai kemampuan dan kelebihan orang lain. Selain itu, mindset harus mau merendahkan diri.

Aji mulai bersinggungan dengan dunia beladiri sudah sejak lama. Yakni pada 1980-an saat ia masih duduk di bangku SD Ketawanggede Kota Malang.
Kala itu, anak-anak seusianya gemar berlatih dan menggandrungi seni beladiri. Termasuk Aji.

Sebagai perkumpulan beladiri tingkat kampung, belum ada nama perguruan. Pencarian ilmu pun sekitar wilayah Dinoyo dan Ketawanggede. Untuk menguasai beragam jurus, ia berlatih di rumah usai belajar dari latihan bersama teman-temannya.

Lelaki yang mengaku memiliki bobot 65 kilogram ini menegaskan, setiap orang punya bakat terpendam dan keahlian masing-masing.
Untuk itu, skill perlu diasah dan punya disiplin tinggi. Agar fisiknya kuat, harus banyak berlatih. "Dulu kalau berlatih sangat keras. Terutama fisik, contohnya melompat katak," ujar anak nomor tiga dari lima bersaudara ini.

Setelah lama di ibu kota, pada 2006, Aji harus balik kampung dari kota metropolis Jakarta. Sebab, ia harus merawat ayahnya, Zainuri yang juga seorang pemuka agama di Ketawanggede. Ayahnya sakit. Selang beberapa waktu, ayahnya pun meninggal dunia.

Sebelum meninggal, ayahnya memberi amanah untuk mengasuh dan meneruskan yayasan yatim piatu dan para janda, Nurul Iman. Saat itu menampung kurang lebih 23 orang.
Penghuni Yayasan Nurul Iman dari kalangan sekitar kampungnya. Untuk menyambung hidup dan merawat yayasan, ia berjualan nasi di depan rumahnya.

Kini, ia dengan telaten membuka warungnya tiap hari. Namun aktivitas beladiri masih tetap jalan.

Pemilik akun facebook Marwan Aji ini tetap berlatih dan terus meningkatkan kemampuanya. Ia tetap berlari setiap hari Minggu dan jogging. Atau mengolah pernafasan, dan melenturkan otot. Juga mengkreasi beragam jurus. Ia memilih lapangan Universitas Brawijaya (UB) sebagai lokasi latihan.

”Bisa stretching di mana pun. Tembok dan pohon bisa jadi sansak. Terkadang latihan bersama dengan mahasiswa asal Rusia," terang Aji.

Latihan bersama dengan perguruan Sington Muangthai Malang juga masih dilakukan. Pihak manajemen perfilman juga masih ada yang kontak untuk memberi order melatih para artis yang hendak ikut film laga. Di antaranya melatih anak-anak dalam film Lima Jagoan Cilik yang tayang di salah satu televisi swasta.

Aji masih terus mencari bibit untuk dibina menjadi atlet seni beladiri yang profesional dan bermutu. Terutama dari kalangan perempuan. Sebab jarang ada perempuan yang menggeluti dunia seni beladiri. Selain itu, perempuan dengan kemampuan MMA mudah diorbitkan.

Sudah ada beberapa atlet perempuan yang diorbitkan dari Kota Malang. Mereka alumni UB dan mengikuti pertandingan MMA beberapa kali. "Atlet cewek prioritasnya tinggi, sebab jarang," katanya.

Dua tahun belakangan ini, ternyata pemilik akun Instagram @ainul _marwan_aji ini punya hobi baru. Jauh dari kerasnya beladiri. Apa itu? Menciptakan lagu.

Ya, hasil karyanya selama dua tahun empat bulan cukup banyak. Mencapai 547 lagu. Isinya lagu berbahasa Indonesia, Jawa, Inggris, Itali, Spanyol, Jerman, Prancis, dan Belanda: Misalnya Waiting for Your Love dan Mijn Geliefde.

”Ada 547 lagu yang saya buat. Rencana buat video klip. Ada lagu saya diaransemen oleh grup band Garaze, Jakarta," ujar instruktur laga dini di production house (PH) Insan Film ini. PH Insan Film milik Aris Kurniawan, seorang aktor Indonesia. (*)