OLEHKHASMALANG – Cerita tentang Malang diawali dari sejarah Kota Malang. Sebelum masuk ke cerita Malang abad VIII masehi, perlu diketahui terlebih dahulu tentang semboyan dan lambang Kota Malang.
Cerita sejarah Kota Malang ini banyak kami cuplik dari sebuah buku terbitan tahun 1996. Judulnya Monografi Sejarah Kota Malang. Ditulis oleh Suwardono dan Supiyati Rosmiayah. Penuturan dalam buku 55 halaman A4 ini relatif cukup untuk ringkasan awal sejarah Malang.
Lambang Kota Malang saat ini adalah persegi lima berbentuk gunungan. Di dalamnya ada bintang bersudut lima (Ketuhanan Yang Maha Esa) dan tugu lima lingga (Pancasila) mengelilingi satu bambu runcing ditengah-tengahnya.
Untuk lebih jelasnya sebaiknya diamati gambar lambang Kota
Malang yang berlaku saat ini.
Lambang Kota Malang yang digunakan semenjak 1970 sampai sejarang (wikipedia) |
Di bawah tugu itu tertulis semboyan MALANGKUCECWARA (baca:
Malangkusyesywara). Makna dari MALANGKUCECWARA adalah Tuhan Maha Esa menghancurkan
yang batil.
Bila diartikan lebih rinci: MALA berarti segala sesuatu yang
buruk, kotor, jahat, batil. ANGKUCA/ANGKUC berarti menghancurkan, membinasakan.
ICWARA artinya Tuhan Maha Esa.
Semboyan ini resmi dipakai dalam pemerintahan Kota Malang semenjak 1964. Semboyan ini diusulkan oleh Prof Dr Poerbatjaraka yang diambil dari bahasa Sanskerta.
Semboyan ini resmi dipakai dalam pemerintahan Kota Malang semenjak 1964. Semboyan ini diusulkan oleh Prof Dr Poerbatjaraka yang diambil dari bahasa Sanskerta.
Sebelum memakai lambang segi lima berisi bintang dan tugu,
lambang Kota Malang berganti dua kali.
(Motto MALANGKUCECWARA (Read: Malangkusyesywara). is officially used in the government of Malang since 1964. This motto is proposed by Prof. Dr. Poerbatjaraka, taken from Sanskrit.
Before wearing a rectangular symbol containing stars and monuments, the symbol of the city of Malang changed twice.)
(Motto MALANGKUCECWARA (Read: Malangkusyesywara). is officially used in the government of Malang since 1964. This motto is proposed by Prof. Dr. Poerbatjaraka, taken from Sanskrit.
Before wearing a rectangular symbol containing stars and monuments, the symbol of the city of Malang changed twice.)
Malang menjadi sebuah kota (gemeente) setelah ditetapkan
oleh Belanda pada 1 April 1914. Tetapi lambang dan semboyan baru ditetapkan
Belanda pada 1937.
Penetapan lambang untuk kali pertama oleh Belanda berdasarkan keputusan Stadsgemeenteraad Malang tanggal 7 Juni 1937 Nomor AZ 407/43 dan disahkan oleh Gouvernemen Besluit tanggal 25 April 1938.
Bentuk lambang Malang untuk pertama kalinya secara resmi
sebagai pemerintahan adalah perisai berwarna biru dan mahkota kuning emas. Di
dalam perisai terdapat singa berwarna emas, setangkai teratai dan lembah
pegunungan.
Perisai itu dibawa oleh dua ekor singa berwarna emas yang
saling berdiri berhadapan. Lidah singa itu menjulur berwarna merah.
Di bawah kaki singa menjuntai pita berwarna biru dengan
semboyan MALANG NOMINOR SURSUM MOVEOR (Malang Namaku Maju Tujuanku).
Lambang Kota Malang yang digunakan mulai 1937-1951 (wikipedia) |
Makna lambang tahun 1937 ini adalah Malang merupakan bagian
dari Kerajaan Belanda. Singa di dalam perisai sebagai simbol kepahlawanan.
Bunga teratai putih berarti sari atau kesucian.
Bisa diartikan kota yang mempunyai voorstad, yaitu pintu gerbang Singasari yang bertekad dan berjiwa
kepahlawanan membela kebenaran dalam naungan Kerajaan Belanda.
Setelah Indonesia merdeka, lambang itu tidak sesuai lagi dan
diganti. Lambang baru dibentuk berdasarkan surat keputusan DPRD Kotapraja
Malang, 30 Oktober 1951.
Lambang baru ini berbentuk burung garuda berwarna kuning
emas yang membentangkan sayapnya. Di dadanya tergantung sebuah perisai berwarna
hijau. Terlukis didalam perisai adalah tugu dengan untaian padi dan kapas, harimau
(sering diasumsikan singa) dan bunga teratai putih yang mekar.
Di bawah telapak kaki harimau itu, terbentang pita
bertuliskan semboyan Malang Namaku Maju Tujuanku.
Lambang Kota Malang yang digunakan pada tahun 1951-1970 (talkpic) |
Pada 1964, semboyan Malang Namaku Maju Tujuanku dirasa
kurang relevan. Sesuai keputusan DPRGR (Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong)
10 April 1964, semboyan diganti MALANGKUCECWARA. Sedangkan lambangnya tetap.
Perubahan terakhir terkait lambang Kota Malang ini dilakukan
pada 1970. Melalui surat keputusan DPRGR 14 Juli 1970, lambang Kota Malang
diganti menjadi seperti sekarang, segilima yang didalamnya ada bintang, tugu
dan semboyan MALANGKUCECWARA.
Untuk diketahui, Malang (Malang Raya) adalah wilayah yang sangat istimewa. Areanya mencakup dataran rendah, sedang dan tinggi.
Wilayah Kabupaten Malang bagian selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0-400 meter dari permukaan laut (dpl). Kota Malang berkisar 440 meter dari permukaan laut dan Kota Batu 700-1700 meter dari permukaan laut.
Luasnya terbesar kedua di Jawa Timur setelah Banyuwangi. Wilayahnya berbentuk seperti mangkuk yang dikelilingi tiga gunung dan satu pegunungan. Gunung Kawi di sebelah barat, Gunung Arjuna di sebelah utara, Gunung Semeru-Tengger di sebelah timur dan Pegunungan Kendeng di sebelah selatan.
Dengan kondisi yang istimewa itu, sungguh menarik untuk mengenal
Malang (Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu). Bukankah cerita juga
sebuah oleh-oleh?. (*)
Untuk diketahui, Malang (Malang Raya) adalah wilayah yang sangat istimewa. Areanya mencakup dataran rendah, sedang dan tinggi.
Wilayah Kabupaten Malang bagian selatan merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0-400 meter dari permukaan laut (dpl). Kota Malang berkisar 440 meter dari permukaan laut dan Kota Batu 700-1700 meter dari permukaan laut.
Luasnya terbesar kedua di Jawa Timur setelah Banyuwangi. Wilayahnya berbentuk seperti mangkuk yang dikelilingi tiga gunung dan satu pegunungan. Gunung Kawi di sebelah barat, Gunung Arjuna di sebelah utara, Gunung Semeru-Tengger di sebelah timur dan Pegunungan Kendeng di sebelah selatan.
Potensi alamnya sangat besar dan beragam. Sumber mata air
pun -melihat posisi geografisnya- sangat berlimpah. Udaranya (idealnya) sejuk. Hasil
pertaniannya berbagai jenis dan berkecukupan. Masyarakatnya ramah, beragam suku
dan keyakinan, mirip miniatur nusantara.